Iseng-iseng saya mengotak-atik kata "SIPASADA" ternyata mengandung makna yang sangat mendalam. Mungkin sudah banyak yang mengetahui, tapi mungkin belum ada yang sempat menuangkannya dalam bentuk tulisan.
Mari kita lihat apa arti dibalik kata "SIPASADA". Ada dua kata yang akan kita telisik lebih dalam lagi, SI dan PASADA. "SI" dalam gabungan dua kata ini ingin menunjukkan subjek yang melakukan. Subjek dalam artian yang melakukan pekerjaan. Yang kedua "PASADA", maksudnya adalah MENYATUKAN. Kalau kita dikampung atau dimanapun itu yang masih menggunakan bahasa batak, sering kali kita mendengar yang mengatakan "Pasada majo atau Pasada ma sude atau Ta Pasada ma sude ate". Ketiga kalimat tersebut ingin menunjukkan kepada kita ada sesuatu yang akan disatukan (adong na laho dipasada). Apa itu dan untuk apa disatukan kita tidak tahu.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa SIPASADA, dapat juga mengandung arti, ada satu orang pribadi atau lebih yang berusaha untuk menyatukan yang tercerai berai atau yang terpisah. Untuk apa disatukan tentu mempunyai tujuan. Tapi yang perlu disadari bahwa niat "SIPASADA" (Si Penyatu atau Sang Penyatu) karena ingin mencapai sesuatu yang sudah diimpikan, dicita-citakan. Dan hadirnya Sang Penyatu karena melihat ada kelompok atau pribadi-pribadi yang harus disatukan.
SIPASADA hadir untuk menyatukan Keluarga Besar Simanjuntak yakni Parsuratan, Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu, keempat yang saya sebutkan diatas merupakan satu keturunan yang seharusnya tidak terpisahkan, karena sebenarnya mereka semua berada dalam satu payung yakni SIMANJUNTAK RAJA MARSUNDUNG. Namun kenyataannya tidak karena mitos yang sudah beredar dan diceritakan turun-temurun. Mitos tersebutlah yang dipelihara yang walaupun kebenarannya belum bisa dipastikan.
Arti selanjutanya adalah SIPASADA, "Si Opat Sada Ama". Dalam budaya batak kita ketahui bahwa orang batak mengikuti garis keturunan ayah atau istilah modernnya
Patrilineal. Patrilineal adalah suatu
adat masyarakat yang mengatur
alur keturunan berasal dari pihak
ayah. Nah, keturunan Raja Marsundung Simanjuntak ada empat yakni Parsuratan, Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu. Namun ada pembelaan diri yang mengatakan "kami mengikuti garis keturunan ayah kok, buktinya dibelakang Nama kami ada SIMANJUNTAK". Namun lebih dari itu kita harus melihat bahwa bukan hanya itu saja yang dituntut dalam budaya batak. Dalam segala aspek kehidupan orang batak, nama ayah selalu dijunjung tinggi, yang walaupun Ibu harus tetap dihormati. Misalnya untuk pembangunan TUGU. Seharusnya TUGU ayahlah yang berdiri bukan IBU. Nah, kalau yang terjadi malah sebaliknya, ini sama saja melanggar kaidah atau norma-norma yang berlaku dalam budaya batak.
Ada juga yang bertanya untuk apa disatukan, bukankah selama ini kita sudah bersatu, kita bisa jalan berdampingan, tapi tidak bisa "SAHUNDULAN" dalam adat. Pertanyaan yang muncul "apakah tidak bisa "SAHUNDULAN" dalam adat bisa dikatakan bersatu". Harus dimengerti Bersatu dalam hal ini adalah bersatu disegala aspek kehidupan baik itu dalam hidup sehari-hari maupun dalam adat.
Kehadiran SIPASADA (Sang Penyatu atau Si Opat Sada Ama) harus kita sadari karena niat baik sang subjek untuk menyatukan sudah mulai berbuah, sekalipun harus menuai kritik dan ancaman. Pesan dari Kitab Suci sungguh-sungguh dijalankan yaitu "Yang menabur dengan bercucuran air mata, akan menuai dengan sorak-sorai". Semoga apa yang sudah dimulai semakin menunjukkan hasilnya karena ada niat baik dari kita untuk mendukung dan bersatu.
TAMPULAN SIBAGANDING DIDOLOKNI PANGIRINGAN
HORAS HITA NA MARHAHA ANGGI, MARSIPAIRING-IRINGAN
MALANG, Februari 2014
Darwis D Simanjuntak