“Bah!!
Ketemu lagi kita!!”
Pembaca yang terkasih, kali ini
penulis ingin menguraikan kata “Bah” yang sering diungkapkan oleh orang batak.
Kata “Bah” pastinya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dalam banyak
perjumpaan, kata ini sangat sering kita dengar “Bah boha kabarmu? Bah ro do
hape hamu? Benar bukan? Kata ini sangat tidak asing bagi kita. Bahkan orang
batak yang sudah lahir dan dibesarkan di kota besar, pasti pernah mengucapkan
kata “Bah”
Sebenarnya, maka apa yang terungkap
ketika seseorang menambahkan kata “Bah” diawal atau diakhir kalimat yang
diungkapkanya? Mari kita uraikan satu persatu.
“BAH” yang pertama,
menunjukkan keheranan seseorang. Ungkapan heran ini
terbukti ketika seseorang mengakatan kalimat seperti ini “Bah, ido ate?. Bisa
jadi ketika dia mengatakan hal itu, dia sedang bercerita atau lawan bicaranya
sedang membicarakan hal-hal yang fantastic, luarbiasa, susah diterima akal
sehat. Akhirnya kalimat terakhir yang diungkapkan adalah “Bah, ido ate?
“BAH” yang kedua,
ungkapan senang. Kata “Bah” seringkali dibubuhkan
dalam sebuah kalimat yang menggambarkan bahwa ia sedang senang. Misalnya “Bah,
na dison doho?” kata “Bah” disini, menunjukkan bahwa dia senang dengan
keberadaan seseorang yang ada dihadapannya.
“BAH” yang selanjutnya,
ungkapan kecewa dan marah. Kadangkala kata “Bah”
muncul ketika kecewa dan marah. Misalnya “Bah, songoni do ho ate”” dan “Bah,
lomom!” tak dapat ditelaah ketika seseorang mengatakan kalimat itu, itu
menggambarkan bahwa seseorang sedang kecewa dan marah kepada orang lain.
Masih
banyak makna kata “BAH” jika kita teliti dengan seksama dan memang untuk
meneliti ini dibutuhkan banyak waktu. Dalam tulisan ini, penulis tidak ingin
memaparkan banyak hal mengenai kata “BAH”. Karna pasti akan menimbulkan opini
tidak setuju dan lain sebagainya. Karena pastinya, banyak orang yang mempunya
pendapat yang berbeda mengenai kata “BAH” ini.
Lalu
apa yang akan dibahas penulis selanjutnya? Mari sebelum penulis melanjutkan
pembahasan kata “BAH” yang sangat menarik ini. Ada baiknya pembaca yang
budiman, memperbaiki sikap duduk, merapikan letak laptop, memutar lagu-lagu
batak agar menambah aroma kebatakan, dan jangan lupa bagi para penikmat kopi
“Putar kopi dulu” kata saudara kita yang dari Flores. Penulis berpendapat akan
bertambah mengesankan ketika membaca tulisan ini.
Tutup
point, apakah kata “BAH” hanya milik orang batak? Jawabanya tentu tidak. Karena
kata “Bah” ternyata digunakan oleh orang kalimantan juga. Mungkin ketika,
kalimat sebelumnya, sebagian pembaca akan beropini, “pasti orang Kalimantan
ikui-ikutan dengan orang batak dan pasti sebentar lagi mereka akan mengklaim
bahwa itu bahasa mereka. Kalau ada yang berpendapat demikian itulah yang perlu
diluruskan.
“Bah”
yang digunakan orang Batak berbeda dengan yang digunakan oleh orang Kalimantan.
Perbedaannya terdapat dipenulisan kata. Kalau orang Batak “Bah” ada huruf “H”
diakhir kata. Sedangkan orang Kalimantan tidak menggunakan huruf “H” jadi “Ba”.
Apabila kita pernah berinteraksi dengan saudara-saudara kita orang Kalimantan
akan sangat jelas perbedaanya, jika kita mendengarkan dengan seksama. “nggak
pun ba” seperti inilah saudara kita orang Kalimantan mengungkapkannya.
Disamping tulisan dan cara mengungkapkan yang berbeda. Intonasinya juga sangat
jauh berbeda. Orang batak akan sangat kentara/kedengaran dengan sangat jelas.
Sedangkan orang Kalimantan akan sangat sulit bagi kita untuk menilai “apakah
dia sedang marah atau tidak” karena mereka menggunakan gaya bicara orang
melayu.
Selain
Batak dan Kalimantan, masih adakah daerah lain yang menggunakan kata “Bah”.
Jawabannya ada. Pembaca yang terkasih, apakah anda sudah pernah ke Flores. Ada
yang sudah dan ada yang belum, itu sudah pasti. Ternyata, kata “bah” juga
digunakan saudara kita yang di Flores ada juga yang menggunakan kata “Bah”.
Kata ‘Bah” ini sering digunakan oleh teman-teman kita yang ada di LARANTUKA.
Larantuka adalah sebuah kota yang menyimpan sejuta keindahan. Ketempat inilah
“Sri Paus” pemimpin umat katolik seluruh dunia sering mengadakan kunjungan dan
mengadakan prosesi “jalan salib”. Loh kok jadi lari dari thema yah? Kembali ke
pokok bahasan. Nah pembaca yang budiman, Untuk lebih mengtahui penggunakan kata
“bah” ini di Larantuka. Mari berbondong-bondong kungjungan ke Larantuka. Atau
nantikan tulisan selanjutnya mengenai kata “bah” ini.
Hal
terakhir yang ingin disampaikan penulis dan sampai saat ini masih menimbulkan
tanya di benak penulis adalah ialah kata “BAH” yang muncul dalam Kitab Suci
Perjanjian lama. Pasti pembaca bertanya-tanya, “emang ada?. Ya ada. Kita masih
ingat peristiwa yang memusnahkan seluruh penduduk dunia dan yang selamat adalah
Nuh dan keluarganya. “apa yang memusnahkan? “Air Bah”. Lagi-lagi muncul kata “Bah”.
Pemikiran penulis adalah bahwa saat itu Nuh sudah bingung memberi nama untuk
air yang melimpah dan mengamuk itu. Mungkin saja, saat itu ada anggota
keluarganya yang mengungkapkan kata “Bah” akhrirnya Nuh menamai air yang
mengamuk itu “AIR BAH”. “JANGAN TERLALU SERIUS” Untuk pragraf terakhir ini,
hanya sebuah lelucon. Hehehe...(Drs)
“Bah kalau begitu, sampai disini dululah
yah”
“Salam damai bagi kita semua,bah”
0 komentar:
Posting Komentar